Psikologi "Fitria Zha"


Selasa, 18 Januari 2011

Laporan Observasi Anak Autis

OBSERVASI PERILAKU PADA ANAK AUTIS
Oleh 
Ayu Tifani 
Fakultas Psikologi Universitas Islam Riau 2010


I.      PERMASALAHAN
Kata-kata Autisme sudah tidak begitu asing lagi bila kita mendengarnya, di zaman sekarang pun anak-anak autisme sudah begitu mudah untuk kita jumpai.
Yang memperkenalkan kata Autisme adalah Leo Kanner awal tahun 1943. Suatu ketidakmampuan berhubungan dengan orang lain,keterlambatan dalam behasa dan perilaku yang sering diulang ulang.
Kerena hal tersebut maka observer sangat tertarik untuk melakukan observasi mengenai perilaku pada anak autis.

II.    TUJUAN
Observasi ini bertujuan  untuk mengetahui perilaku apa saja yang muncul pada anak autis.

III.   DASAR TEORI
A.   Pengertian Autisme
Autisma atau Autisme berasal dari kata auto berarti sendiri. Penyandang autisma/Autisme seakan-akan hidup di dunianya sendiri. Istilah Autisma/Autisme baru diperkenalkan sejak tahun 1943 oleh Leo Kanner, sekalipun kelainan ini sudah ada sejak berabad-abad lampau (Hanjodo,dalam Pengertian Autis, 2010).
Kartono (Pengertian Autis, 2010) Autisma/Autisme adalah gejala menutup diri sendiri secara total dan tidak mau berhubungan lagi dengan dunialuar keasyikan ekstrim dengan fikiran dan fantasi sendiri.
Kartono (Pengertian Autis, 2010) Autisma/Autisme adalah cara berpikir yang dikendalikan oleh kebutuhan personal atau diri sendiri, menanggapi dunia berdasarkan penglihatan dan harapan sendiri dan menolak realitas, oleh karena itu menurut Faisal Yatim (Pengertian Autis, 2010),penyandang akan berbuat semaunya sendiri, baik secara berfikir maupun berperilaku.
Sarwindah (Pengertian Autis, 2010) Autisma/Autisme adalah gangguan yang parahpada kemampuan komunikasi yang berkepanjangan yang tampak pada usia tiga tahun pertama, ketidakmampuan berkomunikasi ini diguga mengakibatkan anak penyandang autis menyendiri dan tidak ada respon terhadap orang lain.
Yuniar (Pengertian Autis, 2010) Autisma/Autisme adalah gangguan perkembangan yang kompleks, mempengaruhi perilaku dengan akibat kekurangan kemampuan komunikas, hubungan sosial dan emosional dengan orang lain, sehingga sulit untuk mempunyai ktrampilan dan pengetahuan yang diperlukan sebagai anggota masyarakat.
Gangguan austisme sudah ada sejak berabad-abad lampau, tetapi istilah ini baru diperkenalkan oleh Leo Kanner pada 1943. Ia memberi nama autisme berasal dari kata auto yang artinya 'sendiri' (Pengertian Autis dan Terapi Penanganannya, 2010).
Baron-Cohen (1993) memberi definisi yang lebih akurat tentang autisme sebagai “suatu kondisi” anak sejak lahir atau saat masa balita yang menyebabkan anak tersebut tidak mampu membentuk hubungan sosial atau komunikasi normal, yang berakibat isolasi dari manusia lain, dan masuk dalam dunia repetitif, aktivitas dan minat obsesif (Pengertian Autis dan Terapi Penanganannya, 2010).
Sejauh ini, autisme tidak bisa didiagnosis langsung secara klinis sebab merujuk pada definisi Baron-Cohen, penyebabnya adalah “suatu kondisi,” dan bukan pada kelainan gen, campur tangan virus, maupun sejenisnya. Autisme hanya bisa dikenali dengan cara mengamati perilaku anak secara saksama (Pengertian Autis dan Terapi Penanganannya, 2010).

B.   Aspek – Aspek Autisme
Sekilas, penyandang autis memiliki perilaku menyerupai penderita keterbelakangan mental, gangguan pendengaran, atau berperilaku aneh. Namun, jika saksama diperhatikan, ada perbedaan yang mencolok pada penyandang autisme (Pengertian Autis dan Terapi Penanganannya, 2010).
Sebelum umur 24-30 bulan, umumnya, anak-anak autis berkembang sebagaimana layaknya anak-anak normal. Baru setelah itu muncul gejala-gejala perubahan, seperti berikut ini (Pengertian Autis dan Terapi Penanganannya, 2010).

  1. Hambatan dalam Berkomunikasi
1.    Anak mengalami keterlambatan bicara.
2.    Sering menggunakan kata-kata tetapi tidak tepat secara konteks dan tidak ada hubungannya dengan arti kata tersebut secara lazim.
3.    Menolak berbicara, atau berbicara sangat sedikit, misalnya ya atau tidak.
4.    Sering mengucapkan kata-kata yang tidak jelas.
5.    Menggunakan bahasa tubuh.
6.    Hanya mampu berkomunikasi dalam waktu singkat.
7.    Tidak menyukai stimuli pendengaran.
8.    Sering melakukan gerakan aneh untuk stimulasi diri sendiri, misalnya dengan memukul-mukul kepala, dada, dan lain-lain.

  1. Hambatan Sosial
1.    Anak lebih suka menyendiri.
2.    Bersikap dingin dan tidak memberi respon, misalnya tersenyum, tertawa, dan sebagainya.
3.    Tidak menaruh perhatian pada keadaan sekitar dan lingkungannya.
4.    Tidak tertarik dalam pertemanan dan relasi.
5.    Tidak menyukai bermain bersama anak lain.
6.    Tidak bereaksi terhadap isyarat.
7.    Menolak menatap mata lawan bicaranya.
8.    Bersosialisasi (berteman).

  1. Hambatan Penginderaan
1.    Sensitif terhadap stimuli panca indera, misalnya cahaya, suara, bau, dan rasa.
2.    Sulit memproses dan memberi reaksi pada indrawi.
3.    Mudah terganggu dengan situasi umum yang seharusnya normal, misalnya tangis bayi, mesin mobil, serangga, atau mesin printer.

  1. Hambatan Motorik
1.    Tidak bisa spontan dan refleks.
2.    Tidak memiliki imajinasi dalam bermain.
3.    Tidak bisa memerankan sesuatu atau terlibat dalam permainan yang bersifat pura-pura.

  1. Hambatan Perilaku
1.    Bisa sangat aktif atau sebaliknya.
2.    Sering marah dan kesal tanpa alasan yang jelas.
3.    Menaruh minat yang sangat tinggi dan obsesif terhadap suatu benda atau orang.
4.    Sulit mengubah rutinitas, dan menuntut “kesamaan” dalam kebiasaan mereka.
5.    Melakukan sesuatu yang diulang-ulang tanpa alasan yang jelas.

C.   Jenis-jenis Autisme
Ada beberapa tipe atau jenis autis seperti di bawah ini (Tipe – Tipe Autisme, 2010).
1.    Gangguan Autistik
Gejala ini sering diartikan orang saat mendengar kata autisme.
Penderitanya :
a)    masalah interaksi sosial
b)    Berkomunikasi
c)    Permainan imaginasi pada anak dibawah usia tiga tahun

2.    Sindrom asperger
Anak yang menderita sindrom asperger memiliki problem bahasa.
Penderitanya :
a)    Cenderung memiliki intelegensi rata-rata atau lebih tinggi.
b)    Kesulitan berinteraksi dan komunikasi.

3.    Gangguan Perkembangan Menurun (PDD)
Gejala ini disebut juga non tipikal autisme.
Penderitanya :
a)    Memiliki gejala-gejala autisme,namun berbeda dengan jenis autistik lainnya

4.    Sindrom Rett
Penderitanya :
a)    Anak perempuan
b)    Mulanya berkembang secara normal
c)    Mulai kehilangan komunikasi dan keterampilan sosial
d)    Dimulai pada usia 1 sampai 4 tahun
e)    Pengulangan tangan dan pergantian gerakan tangan

5.    Gangguan Disintegrasi Anak
Penderitanya :
a)    Anak tumbuh normal hingga tahun kedua
b)    Anak akan kehilangan sebagian atau semua kemampuan komunikasi dan keterampilan sosialnya.

IV.          SUBJEK
Nama                 : AC
Usia                    : 8 tahun
Jenis Kelamin    : Perempuan

V.            SETTING
Lokasi                 : Area Bermain Kuantan Regensi
Hari, Tanggal     : 3 Desember 2010
Waktu                 : Pukul 09.30 – 10.15
Suasana             : Diarea bermain tedapat 7 anak autis, 5 pengasuh mereka,         
                            4 orang tua dari anak autis. Disana terdapat kolam yang
                            sangat luas dan difasilitasi dengan permainan seperti,
                            perosotan.

VI.          TERGET PERILAKU
Molar                  : Perilaku symptom autisme AC
Molekular           : Pandangan mata,ekspresi wajah,cara bicara,semua
                             Aktivitas yang dilakukan.

VII.         METODE OBSERVASI
Metode yang digunakan dalam proses pengamatan adalah metode observasi partisipan. Dalam metode ini, observer ikut langsung terlibat dalam aktivitas yang subjek diobservasinya.

VIII.        METODE PENCATATAN
Metode yang digunakan dalam proses pencatatan adalah metode narasi deskriptif (anecdotal record). Metode ini dipdlih karena observer dapat mencatat segala perilaku subjek yang muncul secara lengkap. Pencatatan dilakukan selama 45 menit mulai dari jam 09.30 sampai jam 10.15.

IX.          HASIL PENGAMATAN
Saat datang ditempat berenang (Kuantan Regensi) subjek berdiri sambil memegang tangannya dan menggerak-gerakkan bola matanya kekiri dan kekanan. Langsung membuka pakaian yang dikenakannya. Setelah itu ibu subjek berteriak “ anakku.. aduh.. “ dan langsung cepat-cepat memakaikan baju renang subjek. Setelah memakai baju renang subjek hanya berdiri, memegang tangannya, dan menggerak-gerakkan bola matanya kekiri dan kekenan. Sebelum berenang subjek mengikuti senam bersama teman-teman yang lain dengan arahan pengasuh. Saat pengasuh memerintahkan tangan keatas, subjek mengangkat tangannya keatas. Lalu menekukkan tangannya hingga telapak tangannya dibelakang kepala, memutar-mutarkan pergelangan kakinya, mengangkat kakinya hingga lututnya setara dengab rata-rata air.
Saat berenang subjek dipegangi oleh pengasuh, subjek berenang memegangi tangan pengasuh tapi pengasuh melepaskan tangan subjek. Subjek memakai pelampung tangan saat berenag. Saat pengasuh ingin melepaskan tangan subjek, subjek merapatkan giginya,kening berkerut sesekali berteriak. Saat pengasuh mengajak kearah permainan prosotan yang rendah, subjek berteriak. Pengasuh kembali membawa berenang bergabung dengan teman-teman subjek. Saat seorang pengasuh membawa subjek kearah permainan prosotan yang agak tinggi subjek memegangi tangan pengasuh tersebut dan meluncur bersama pengasuh. Subjek berada didepan pengasuh dengan memegang tangan pengasuh dan mengangkat kakinya dan agak dibuka lebar.
Setelah itu subjek berenang sendirian dan pengasuh membawanya ke tepi kolam. Setelah itu subjek melihat observer dengan bibirnya yang tersenyum. Subjek memegang pelampung tangannya dengan menggerak-gerakkan bibirnya dan bersuara “ Bum.. bi.. ah.. “. Setelah itu subjek berdiri dekat tangga dengan merentangkan tangan setengah ditekuk kedepan jari-jarinya digerakkan dan bersuara “ Huu… huu.. hii.. ahh“. Lalu subjek berenang agak ketengah dan hanya diam disana dengan membuka mulut, melihat keatas langit. Subjek menepuk-tepukan tangannya keair dan bersuara “ Uuhh…. Ahh..”. dan setelah itu subjek memasukan air kemulutnya lalu mengeluarkan kembali. Saat pengasuh membawa ketengah kolam subjek membuka mulut,mengerutkan dahi dan berteriak “ Nyaa…”.
Setelah itu observer bertanya pada subjek siapa namanya, subjek merapatkan gigi dan mengerutkan dahi dan bersuara “ Ahh.. nyaa.. AC”. Dan observer bertanya berapa umur subjek, subjek menjawab dengan tetap merapatkan giginya dan mengerutkan dahinya dengan menjawab “ Nyaaa… ahh..”. dan saat observer meminta untuk disalam, subjek menyalam observer.

X.            INTERPRETASI HASIL PENGAMATAN
Subjek sepertinya sering berekspresi dengan wajah yang datar dan sesekali subjek mengerakkan tangannya seperti sedang geram. Subjek sepertinya sudah dapat mengikuti perintah dari pengasuh dan orang tuanya. Tapi subjek sering juga mengabaikan perintah-perintah yang diperintahkan kepada subjek. Apabila subjek tidak suka dengan apa yang diperintahkan pengasuh subjek sering kali merapatkan giginya dengan dahi berkerut seperti ingin menangis. Dan juga sering berteriak “ahh..nyaa..huu”.
Subjek lebih sering main sendiri dengan berdiri, lalu menggerak-gerakkan tangannya seperti orang geram, lalu melihat kesekelilingnya seperti sedang mencari sesuatu. Sepertinya subjek sedikit risih dengan orang baru awalnya karena saat saya bertanya subjek merapatkan giginya dengan mengerutkan dahinya seperti orang ingin menangis dan dapat menjawab pertanyaan yang observer berikan walau diikuti dengan kata-kata yang aneh, dan subjek dapat melakukan perintah yang disuruh observer kepadanya. Observer beberapa kali memanggil nama subjek tapi subjek tidak seperti mendengarnya. Sebjek sering kali bersuara “ aahhh… nyaaa.. huu…” dan mengerak gerakkan tanganya.

XI.          KESIMPULAN
Dari hasil observasi ini dapat disimpulkan bahwa perilaku subjek menunjukkan cirri-ciri anak autis yaitu tidak ada interaksi sosial, komunikasi yang tidak begitu bagus,  sesekali tidak memberikan respons, mengatakan kata-kata yang aneh atau tidak jelas artinya dan perilaku yang diulang-ulang.
Penyebab autisme belum dapat diketahui dengan pasti. Sebagai ilmuan berpendapat autisme terjadi karena factor genetika. Tetapi, mengetahui penyebab pasti dari autisme memang sulit karena otak manusia sangat rumit.
Otak berisi lebih dari 100 miliar sel saraf yang disebut neuron. Setiap neuron dapat memiliki ratusan atau ribuan sambungan yang membawa pesan ke sel saraf lain di otak dan tubuh.

Dengan adanya sambungan-sambungan dan zat-zat kimia pembawa pesan (neurotransmitter) itulah kita dapat: melihat, bergerak, mengingat, dan bekerja sama seperti seharusnya.
Kerena beberapa alasan, beberapa sel dan sambungan di otak anak dengen autisme, terutama pada wilayah yang mengatur: komunikasi, emosi dan indrawi-tidak berkembang dengan baik atau bahkan rusak.



DAFTAR PUSTAKA



Pengertian Autis. 2010. Diakses dari http://rennyapril.blogspot. com/2010/03/pengertian-autis.html pada tanggal 6 Desember 2010.

Pengertian Autis dan Penanganannya. 2010. Diakses dari http://www.anneahira.com/pengertian-autis.htm pada tanggal 6 Desember 2010.

Tipe – Tipe Autis. 2010. Diakses dari http://dhieotongcantona.blogspot. com/20/10/03/tipe-tipe-autis.html pada tanggal 6 Desember 2010.








1 komentar:

  1. Semoga ini bisa membantu Anda dalam menyelesaikan tugas kuliah... ^^

    BalasHapus